Gerakan rakyat sipil menjadi strategis manakala seluruh rakyat mempunyai tingkat pengetahuan dan ketrampilan menganalisis realitas yang mereka hadapi. Melalui blog ini seluruh elemen gerakan rakyat sipil dapat mengekspresikan suaranya.
Kamis, 06 Mei 2010
CERITA LUCU
Tiga bulan terakhir ini di republik Indonesia secara serentak dilaksanakan Ujian Nasional atau disingkat UN. Banyak cerita yang berkembang seputar persiapan UN hingga dampak dari ketidaklulusan siswa, hampir di seluruh jagad Indonesia. Dan tanpa kita sadari bahwa ada sebagian siswa sekolah yang masih menuntut ilmu, entah ilmu menjawab soal atau ilmu pengetahuan. Cerita-cerita tentang mereka lalu kita lupakan begitu saja, padahal banyak sekali cerita menarik dari mereka, seperti cerita teman saya yang mempunyai anak kelas dua SMA. Teman saya tadi menceritakan beberapa kejadian yang dia alami ketika berhadapan dengan anaknya yang cerdas tetapi nakal. Ya, senakal bapaknya dulu. Begini beberapa ceritanya,
"Pah..papah, Judy sudah dibagi rapot..," kata Judy. Judy adalah anak teman saya, Bento. Judy lahir ketika Bento ditangkap karena berjudi.
"Udah dibagi rapot? Coba papah liat..," sahut Bento penasaran karena Judy kelihatannya mulai jujur.
"Tuh di meja pah ambil saja."
"Coba papah liat...Aduh kamu ini, jadi anak kok bodo banget, masa nilai di rapot kamu merah semua. Kalau begini papah percuma sekolahin kamu !" katanya dengan penuh marah.
"Pah, Papah sebentar dulu... Masa sih pah, nilai Judy kan bagus semua gak ada yang merah..!" sahutnya sambil sedikit gugup.
"Terus ini nilai berapa ? Ini kan nilaimu lima semua !"
"Coba Mana Liat!! Wah, kok banyak angka limanya ya, padahal tadi di sekolah gak ada limanya sumpah deh, Pah..!"
"Ah, kamu ini alasan !"
"Eh, sebentar. Kok ini rapot laporan tahun 1986, tahun sekarang kan tahun 2010... Coba lihat dulu sampul depannya ini rapot siapa. Yeee.. ini kan raport Papah waktu sekolah dulu..."
"Judy...itu kan cuma sample raport saja..?" Kata Bento sambil menahan malu.
Bento rupanya memang tipe ayah yang suka mencari-cari kelemahan anaknya, Judy. Ia menegur anaknya, "Judy, kenapa kamu tidak bisa seperti Robi yang nilai ulangannya 10 semua ?"
"Jangan salahkan aku dong Pah, Robi kan mempunyai Papah yang pintar." Jawab Judy santai.
Untuk menghilangkan stress akibat ke-malu-an yang baru saja terjadi, Bento mengingat masa mudanya ketika usai wisuda sarjananya. Ya, momentum yang pas buat mencari calon isteri.
Makanya, waktu itu, ia menghadap bapaknya untuk mengutarakan keinginannya untu kawin. Memang bapaknya terkenal orang yang kasar dan waktu mudanya doyan kawin. Ia takut bapaknya tidak setuju.
"Pak, ehm... Bapak, saya mau segera kawin !"
"Iya, dengan siapa?"
"Dengan cewek dari Bali."
"Apa? Apa kamu tidak tahu Bapakmu ini 7 tahun di Bali. Jangan-jangan nanti kau malah kawin dengan saudaramu sendiri! Itukan dosa tahu ! Cari yang lain saja !"
Tiga bulan kemudian...
"Pak, kali ini tidak dari Bali tapi dari Kalimantan. Gimana Pak, boleh?"
"Wah mati aku, Bapak malah 10 tahun disana. Jangan-jangan... ah nggak usah!"
"Yaaa... Ah tapi nggak apa-apa. Saya punya kenalan dari Jakarta. Setuju nggak?"
"We malah tambah edan! Perlu kamu tahu, bapak ini malah 13 tahun di Jakarta terus akhirnya ketemu ibumu. Besar kemungkinannya nanti kau kawin dengan saudaramu sendiri !"
Ia kesal minta ampun. Dengan putus asa ia berkata kepada ibunya.
"Bu, saya nggak habis pikir kenapa bapak menghalangi saya kawin dengan cewek Bali, Kalimantan, atau Jakarta. Khawatirnya dapat saudara sendiri."
Lalu ibunya berkata lembut ; "Sudahlah, Bento. Kalau menurut ibu, terserah kamu mau kawin dengan cewek dari mana saja. Dari Bali, Kalimantan atau Jakarta. Nggak usah khawatir nantinya dapat saudaramu sendiri. Wong kamu ini juga belum tentu anak bapakmu!"
"Lho, Ibu...?"
"Iya, ibu kan gampang bergaul juga." kata ibu Bento dengan entengnya.
Cerita ini hanya rekaan saja. Jika ada kesamaan nama, itu hanya secara kebetulan juga. Mungkin banyak yang tidak masuk akal juga.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog
Partisipan
Label
penelusuran
Mengenai Saya

- Civil Society Organization
- Lahir di Jogjakarta, Pendidikan dasar dan menengah pertama di sekolah negeri, pendidikan menengah di sekolah swasta jurusan bahasa. Jebolan filsafat UGM. Memperoleh gelar sarjana teknik arsitektur di perguruan tinggi swasta.
Ha..ha...ha...lucu banget. Gaya penulisannya nggak bikin bosen.
BalasHapus